Latest Entries »

Bupati Tasikmalaya yang diwakili Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya Drs. H. Abdul Kodir, M.Pd., (Plh Bupati), menghadiri Peringatan Tahun Baru Islam 1432 H Dusun Cipetir Desa Tonjong Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya, Minggu (02/01/2011). Yang ditandai dengan Pengguntingan Pita, Pemberian 1 Set Pengeras Suara, dan bantuan dana sebesar Rp. 1 Juta.

Pada kesempatan tersebut Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya Drs. H. Abdul Kodir, M.Pd., antara lain mengatakan, dengan semangat Tahun Baru Hijriyah 1432 kita dapat hijrah pemikiran, prilaku dan sikap dari yang tidak baik menjadi baik sesuai tuntunan Alloh SWT, mudah-mudahan program Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dalam menekan dan mengentaskan kemiskinan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Drs. H. Abdul Kodir, M.Pd., berharap kepada orang tua dapat mendorong putra-putrinya untuk dapat berkiprah mencari ilmu dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, semangat terus mencari ilmu semasa hidup untuk kepentingan diri pribadi, orang tua, agama, daerah, bangsa serta Negara.

Pada kesempatan yang sama Ketua Panitia Penyelenggara Asep Dani, S.Pd mengatakan dalam laporannya, dalam rangka menyongsong kebangkitan umat islam abad ke-16 dengan tema “Memperingati Tahun Baru Islam 1432 H, Kita Tingkatkan Muhasabah Diri Dengan Memperbaiki Sikap, Pola Hidup dan Moralitas Anak Bangsa” dimaksudkan :

1.    Untuk mendorong para pengelola lembaga pendidikan islam, baik formal maupun non formal agar dapat lebih meningkatkan kualitas pendidikan dan pembinaan terhadap anak didiknya dalam rangka mempersiapkan masyarakat yang Religius Islami.

2.    Untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan serta membangkitkan semangat dalam fastabikul khoerot

3.    Memperkuat Ukhuwah Islamiyah diantara kita.

Adapun peserta kegiatan ini diikuti oleh para Santri TKA / TPA / PAUD, siswa Madrasah Diniyah Al-Falah Cipetir, dan masyarakat dalam lingkungan DKM Cipetir dan sekitarnya.

Bupati Tasikmalaya Drs. H. Tatang Farhanul Hakim, M.Pd pada hari Minggu (09/1) melakukan monitoring ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) 8 Sukawangi Desa Sukarame Kecamatan Sukarame, kunjungan tersebut dalam rangka mensukseskan pelaksanaan Pemilukada Kabupaten Tasikmalaya. Sebelum melakukan monitoring ke sejumlah TPS, Bupati Tasikmalaya beserta Ibu menggunakan hak pilihnya terlebih dahulu di TPS 8 Kp. Cisaro Desa Cipakat Kecamatan Singaparna.

Pada kesempatan tersebut hadir pula Ketua Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tasikmalaya Deden Nurul Hidayat, ST, MM, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Tasikmalaya, Ketua Panwas Kabupaten Tasikmalaya, serta sejumlah kepala OPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Tasikmalaya.

Monitoring tersebut dilanjutkan ke TPS 5 Kp.Sirung Desa Sukamenak Kecamatan Sukarame dan ke TPS yang ada di wilayah kecamatan Sukarame, monitoring berakhir Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tasikmalaya.

Sebanyak 436 orang Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD)Kabupaten Tasikmalaya diambil sumpah/janji oleh Bupati Tasikmalaya Drs. H. Tatang Farhanul Hakim, M.Pd pada hari Jumat (07/1) di Pendopo Kabupaten Tasikmalaya.

Hadir pada kesempatan tersebut Muspida Kabupaten Tasikmalaya, Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya, para kepala OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya serta para Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Tasikmalaya yang akan di ambil sumpah.

Dalam sambutannya Bupati Tasikmalaya Drs. H. Tatang Farhanul Hakim, M.Pd mengatakan dalam rangka upaya pembinaan pegawai negeri sipil yang bersih, jujur dan sadar akan tanggungjawabnya sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat, maka setiap pegawai negeri sipil wajib mengangkat sumpah/janji pegawai negeri sipil sebagai pernyataan kesanggupan untuk melakukan suatu keharusan atau tidak melakukan suatu larangan.

Lebih lanjut Bupati Tasikmalaya mengatakan pegawai negeri sipil sebagai unsur penting  aparatur pemerintah yang bertugas melayani msayarakat secara luas, dituntut untuk selalu mengedepankan sikap profesionalisme dalam menjalankan tugasnya.

Sekretaris Badan Kepegawaian dan Latihan Daerah Kabupaten Tasikmalaya                  Drs. H. Eddi Saeful Anwar dalam laporannya mengatakan CPNSD Kabupaten Tasikmalaya yang diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Tasikmalaya adalah formasi tahun 2008 sebanyak 436 orang yang terdiri dari : 1. Juru Muda (Golongan I/a) sebanyak 9 orang dari tenaga honorer, 2. Juru (Golongan I/c) sebanyak 3 orang dari tenaga honorer, 3. Pengatur Muda (Golongan II/a) sebanyak 57 orang dari tenaga honorer, 4. Pengatur Muda Tk.I (Golongan II/b) sebanyak 50 orang dari seleksi umum untuk formasi tenaga guru, 5. Pengatur (Golongan II/c) sebanyak 31 orang dengan rincian 4 orang dari tenaga honorer dan 27 orang dari umum (19 orang tenaga kesehatan dan 8 orang tenaga guru), 6. Penata Muda (Golongan III/a) sebanyak 267 orang dengan rincian 27 orang dari tenaga honorer dan 240 orang dari umum (36 orang tenaga teknis, 29 orang tenaga kesehatan dan 175 orang tenaga guru), 7. Penata Muda Tk. I (Golongan III/b) sebanyak 19 orang dari seleksi umum untuk formasi tenaga kesehatan.

Pada kesempatan tersebut, juga diacarakan penyerahan Petikan Surat Keputusan Bupati Tasikmalaya tentang Pengangkatan CPNSD menjadi PNSD Kabupaten Tasikmalaya formasi tahun anggaran 2010 yang diserahkan Bupati Tasikmalaya kepada 3 perwakilan CPNSD yaitu.Neneng Fenty Susanty, S.Pd, Syarif Hidayat dan Jaja.

Dalam rangka menyambut Tahun Baru 2011, Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya Drs. H. Abdul Kodir, M.Pd menghadiri acara Hajat Lembur Mapag Taun yang di selenggarakan di desa Sindangkerta Kecamatan Cipatujah pada hari Sabtu tanggal 01 Januari 2011.

Hadir pada kesempatan tersebut Kepala Dinas Pariwisata Drs. E.Z. Alfian, M.Pd., Tokoh Masyarakat Sunda Cipatujah, Tokoh Agama, Muspika serta unsur terkait lainnya.

Perayaan Hajat Lembur Mapag Taun diawali dengan laporan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya dan dilanjutkan oleh sambutan Bupati Tasikmalaya yang diwakili Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya Drs. H. Abdul Kodir, M.Pd.

Dalam sambutannya, Drs. H. Abdul Kodir, M.Pd atas nama pribadi dan pemerintah Kabupaten Tasikmalaya mengucapkan Selamat Tahun Baru 1432 Hijriah dan selamat menyongsong datangnya Tahun 2011 Masehi. Berkaitan dengan perayaan Hajat Lembur Mapag Taun, Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya memberikan apresiasi positif karena menunjukan bahwa masyarakat sindang kerta sangat menghargai dan menghomati tradisi leluhur kita, dan meyakini dibalik acara hajat lembur ini terkandung nilai-nilai filosofi kehidupan yang perlu kita renungkan yang di dalamnya tergambar rasa kekeluargaan, rasa kebersamaan, dan rasa silih asah, silih asih jeung silih asuh, sauyunan-sabilulungan, rempug jukung babarengan ngawangun sarakan urang.

Selanjutnya disampaikan bahwa pada kesempatan tersebut ada tiga hal penting yang harus kita ingat ;

1.      Kita harus terus berupaya meningkatkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan diantara kita karena merupakan kunci  untuk membangun Kabupaten Tasikmalaya;

2.      Momen Hajat Lembur harus mampu menyadarkan kita semua tentang pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan alam sekitar kita;

3.      Hajat lembur mapag taun harus kita jadikan sebagai momentum untuk lebih bersyukur dan berserah diri kepada-Nya.

Diakhir sambutannya Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya Drs. H. Abdul Kodir, M.Pd menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat di sekitar objek wisata Cipatujah, agar bias menjadi tuan rumah yang Darehdeh Someah Hade Kasemah, supaya para wisatawan tertarik untuk berkunjung ke daerah kita.

Bupati Tasikmalaya Drs. H.T. Farhanul Hakim, M.Pd bertindak sebagai inspektur upacara pada peringatan Hari Amal Bhakti Kementrian Agama ke-65, yang bertempat di halaman Kantor Kementrian Agama Kabupaten Tasikmalaya di Bojongkoneng Kecamatan Singaparna, pada hari senin tanggal 3 Januari 2011.

Upacara peringatan tersebut juga dihadiri oleh Muspida Kabupaten Tasikmalaya, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Para Pimpinan Kantor Kementrian Agama serta unsur terkait lainnya.

Pada upacara peringatan tersebut Bupati Tasikmalaya Drs. H.T. Farhanul Hakim, M.Pd membacakan sambutan dari Mentri Agama Republik Indonesia Bapak Suryadharma Ali. Dalam sambutannya disampaikan bahwa  upacara pada peringatan Hari Amal Bhakti Kementrian Agama ke-65 harus dijadikan renungan kembali tujuan pembentukan serta misi yang diemban oleh kementrian agama yang berdiri sebagai pelaksanaan amanat undang-undang dasar 1945 dimana kementrian agama adalah instansi pemerintah yang menjalankan tugas pokok untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kehidupan beragama kepada seluruh umat beragama di tanah air kita.

Selanjutnya kementrian agama memainkan 4 (empat) peran strategis dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu; pemahaman dan pengamalan agama; pembinaan kerukunan antar umat beragama; peningkatan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan; serta mengawal akhlaq dan moral bangsa. Disampaikan pula bahwa sesuai dengan Rekomendasi National Summit 2009 bahwa isu utama pembangunan agama setidaknya mencakup tiga hal, yaitu; pertama, peningkatan wawasan keagamaan yang dinamis; kedua, penguatan peran agama dalam pembentukan karakter dan peradaban bangsa; ketiga, peningkatan kerukunan umat beragama dalam membangun kerukunan nasional.

Diakhir sambutannya, bahwa sesuai dengan tema peringatan hari amal bhakti ke-65 tahun ini yaitu “Kerja keras mewujudkan kementrian agama yang bersih dan berwibawa” menghimbau kepada seluruh jajaran aparatur kementrian agama baik dipusat maupun di daerah, untuk bekerja keras dan bersama-sama memperkuat kesadaran kolektif untuk mengedepankan nilai-nilai kejujuran dan etika kerja yang sehat dan benar serta menjauhi segala macam praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu juga mengajak untuk menegakan integritas aparatur kementrian agama yang bersih, jujur, professional dan berwibawa.

upacara adat kampung naga

Menyepi

Upacara menyepi dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga pada hari selasa, rabu, dan hari sabtu. Upacara ini menurut pandangan masyarakat Kampung Naga sangat penting dan wajib dilaksanakan, tanpa kecuali baik laki-laki maupun perempuan. Oleh sebab itu jika ada upacara tersebut di undurkan atau dipercepat waktu pelaksanaannya. Pelaksanaan upacara menyepi diserahkan pada masing-masing orang, karena pada dasarnya merupakan usaha menghindari pembicaraan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan adat istiadat. Melihat kepatuhan warga Naga terhadap aturan adat, selain karena penghormatan kepada leluhurnya juga untuk menjaga amanat dan wasiat yang bila dilanggar dikuatirkan akan menimbulkan malapetaka.

Hajat Sasih

Upacara Hajat Sasih dilaksanakan oleh seluruh warga adat Sa-Naga, baik yang bertempat tinggal di Kampung Naga maupun di luar Kampung Naga. Maksud dan tujuan dari upacara ini adalah untuk memohon berkah dan keselamatan kepada leluhur Kampung Naga, Eyang Singaparna serta menyatakan rasa syukur kepada Tuhan yang mahaesa atas segala nikmat yang telah diberikannya kepada warga sebagai umat-Nya.

Upacara Hajat Sasih diselenggarakan pada bulan-bulan dengan tanggal-tanggal sebagai berikut:

  1. Bulan Muharam (Muharram) pada tanggal 26, 27, 28
  2. Bulan Maulud (Rabiul Awal) pada tanggal 12, 13, 14
  3. Bulan Rewah (Sya’ban) pada tanggal 16, 17, 18
  4. Bulan Syawal (Syawal) pada tanggal 14, 15, 16
  5. Bulan Rayagung (Dzulkaidah) pada tanggal 10, 11, 12

Pemilihan tanggal dan bulan untuk pelaksanaan upacara Hajat Sasih sengaja dilakukan bertepatan dengan hari-hari besar agama Islam. Penyesuaian waktu tersebut bertujuan agar keduanya dapat dilaksanakan sekaligus, sehingga ketentuan adat dan akidah agama islam dapat dijalankan secara harmonis.

Upacara Hajat Sasih merupakan upacara ziarah dan membersihkan makam. Sebelumnya para peserta upacara harus melaksanakan beberapa tahap upacara. Mereka harus mandi dan membersihkan diri dari segala kotoran di sungai Ciwulan. Upacara ini disebut beberesih atau susuci. Selesai mandi mereka berwudlu di tempat itu juga kemudian mengenakan pakaian khusus. Secara teratur mereka berjalan menuju mesjid. Sebelum masuk mereka mencuci kaki terlabih dahulu dan masuk kedalam sembari menganggukan kepala dan mengangkat kedua belah tangan. Hal itu dilakukan sebagai tanda penghormatan dan merendahkan diri, karena mesjid merupakantempat beribadah dan suci. Kemudian masing-masing mengambil sapu lidi yang telah tersedia di sana dan duduk sambil memegang sapu lidi tersebut.

Adapun kuncen, lebe, dan punduh / Tua kampung selesai mandi kemudian berwudlu dan mengenakan pakaian upacara mereka tidak menuju ke mesjid, melainkan ke Bumi Ageung. Di Bumi Ageung ini mereka menyiapkan lamareun dan parukuyan untuk nanti di bawa ke makam. Setelah siap kemudian mereka keluar. Lebe membawa lamareun dan punduh membawa parukuyan menuju makam. Para peserta yang berada di dalam mesjid keluar dan mengikuti kuncen, lebe, dan punduh satu persatu. Mereka berjalan beriringan sambil masing-masing membawa sapu lidi. Ketika melewati pintu gerbang makam yang di tandai oleh batu besar, masing-masing peserta menundukan kepala sebagai penghormatan kepada makam Eyang Singaparna.

Setibanya di makam selain kuncen tidak ada yang masuk ke dalamnya. Adapun Lebe dan Punduh setelah menyerahkan lamareun dan parakuyan kepada kuncen kemudian keluar lagi tinggal bersama para peserta upacara yang lain. Kuncen membakar kemenyan untuk unjuk-unjuk (meminta izin ) kepada Eyang Singaparna. Ia melakukan unjuk-unjuk sambil menghadap kesebelah barat, kearah makam. Arah barat artinya menunjuk ke arah kiblat. Setelah kuncen melakukan unjuk-unjuk, kemudian ia mempersilahkan para peserta memulai membersihkan makam keramat bersama-sama. Setelah membersihkan makam, kuncen dan para peserta duduk bersila mengelilingi makam. Masing-masing berdoa dalam hati untukmemohon keselamatan, kesejahteraan, dan kehendak masing-masing peserta. Setelah itu kuncen mempersilakan Lebe untuk memimpin pembacaan ayat-ayat Suci Al-Quran dan diakhri dengan doa bersama.

Selesai berdoa, para peserta secara bergiliran bersalaman dengan kuncen. Mereka menghampiri kuncen dengan cara berjalan ngengsod. Setelah bersalaman para peserta keluar dari makam, diikuti oleh punduh, lebe dan kuncen. Parukuyan dan sapu lidi disimpan di “para” mesjid. Sebelum disimpan sapu lidi tersebut dicuci oleh masing-masing peserta upacara di sungai Ciwulan, sedangkan lemareun disimpan diBumi Ageung.

Acara selnjutnya diadakan di mesjid. Setelah para peserta upacara masuk dan duduk di dalam mesjid, kemudian datanglah seorang wanita yang disebut patunggon sambil membawa air di dalam kendi, kemudian memberikannya kepada kuncen. Wanita lain datang membawa nasi tumpeng dan meletakannya ditengah-tengah. Setelah wanita tersebut keluar, barulah kuncen berkumur-kumur dengan air kendi dan membakar dengan kemenyan. Ia mengucapkan Ijab kabul sebagai pembukaan. Selanjutnya lebe membacakan doanya setelah ia berkumur-kumur terlebih dahulu dengan air yang sama dari kendi. Pembacaan doa diakhiri dengan ucapan amin dan pembacaan Al-fatihah. Maka berakhirlah pesta upacara Hajat Sasih tersebut. Usai upacara dilanjutkan dengan makan nasi tumpeng bersama-sama. Nasi tumpeng ini ada yang langsung dimakan di mesjid, ada pula yang dibawa pulang kerumah untuk dimakan bersama keluarga mereka.

Perkawinan

Upacara perkawinan bagi masyarakat Kampung Naga adalah upacara yang dilakukan setelah selesainya akad nikah. adapun tahap-tahap upacara tersebut adalah sebagai berikut: upacara sawer, nincak endog (menginjak telur), buka pintu, ngariung (berkumpul), ngampar (berhamparan), dan diakhiri dengan munjungan.

Upacara sawer dilakukan selesai akad nikah, pasangan pengantin dibawa ketempat panyaweran, tepat di muka pintu. mereka dipayungi dan tukang sawer berdiri di hadapan kedua pengantin. panyawer mengucapkan ijab kabul, dilanjutkan dengan melantunkan syair sawer. ketika melantunkan syair sawer, penyawer menyelinginya dengan menaburkan beras, irisan kunir, dan uang logam ke arah pengantin. Anak-anak yang bergerombol di belakang pengantin saling berebut memungut uang sawer. isi syair sawer berupa nasihat kepada pasangan pengantin baru.

Usai upacara sawer dilanjutkan dengan upacara nincak endog. endog (telur) disimpan di atas golodog dan mempelai laki-laki menginjaknya. Kemudian mempelai perempuan mencuci kaki mempelai laki-laki dengan air kendi. Setelah itu mempelai perempuan masuk ke dalam rumah, sedangkan mempelai laki-laki berdiri di muka pintu untuk melaksanakan upacara buka pintu. Dalam upacara buka pintu terjadi tanya jawab antara kedua mempelai yang diwakili oleh masing-masing pendampingnya dengan cara dilagukan. Sebagai pembuka mempelai laki-laki mengucapkan salam ‘Assalammu’alaikum Wr. Wb.’ yang kemudian dijawab oleh mempelai perempuan ‘Wassalamu’alaikum Wr. Wb.’ setelah tanya jawab selesai pintu pun dibuka dan selesailah upacara buka pintu.

Setelah upacara buka pintu dilaksanakan, dilanjutkan dengan upacara ngampar, dan munjungan. Ketiga upacara terakhir ini hanya ada di masyarakat Kampung Naga. Upacara riungan adalah upacara yang hanya dihadiri oleh orang tua kedua mempelai, kerabat dekat, sesepuh, dan kuncen. Adapun kedua mempelai duduk berhadapan, setelah semua peserta hadir, kasur yang akan dipakai pengantin diletakan di depan kuncen. Kuncen mengucapakan kata-kata pembukaan dilanjutkan dengan pembacaan doa sambil membakar kemenyan. Kasur kemudian di angkat oleh beberapa orang tepat diatas asap kemenyan.

Usai acara tersebut dilanjutkan dengan acara munjungan. kedua mempelai bersujud sungkem kepada kedua orang tua mereka, sesepuh, kerabat dekat, dan kuncen.

Akhirnya selesailah rangkaian upacara perkawinan di atas. Sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada para undangan, tuan rumah membagikan makanan kepada mereka. Masing-masing mendapatkan boboko (bakul) yang berisi nasi dengan lauk pauknya dan rigen yang berisi opak, wajit, ranginang, dan pisang.

Beberapa hari setelah perkawinan, kedua mempelai wajib berkunjung kepada saudara-saudaranya, baik dari pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan. Maksudnya untuk menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan mereka selama acara perkawinan yang telah lalu. Biasanya sambil berkunjung kedua mempelai membawa nasi dengan lauk pauknya. Usai beramah tamah, ketika kedua mempelai berpamitan akan pulang, maka pihak keluarga yang dikunjungi memberikan hadiah seperti peralatan untuk keperluan rumah tangga mereka.

Obyek wisata Kampung Naga terletak pada ruas jalan raya yang menghubungkan Tasikmalaya – Bandung melalui Garut, yaitu kurang lebih pada kilometer ke 30 ke arah Barat kota Tasikmalaya.
Kampung Naga Tasikmalaya

Kampung Naga merupakan perkampungan tradisional dengan luas areal kurang lebih 4 ha.

Kampung Naga  dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan Ieluhumya. Hal ini akan terlihat jelas perbedaannya bila dibandingkan dengan masyarakat lain di luar Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat.

Secara administratif Kampung Naga termasuk kampung Legok Dage Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya.

Jarak tempuh dari Kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari Kota Garut jaraknya 26 kilometer.

Untuk menuju Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya harus menuruni tangga yang sudah ditembok (Sunda sengked) sampai ke tepi sungai Ciwulan dengan kemiringan sekitar 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter. Kemudian melalui jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai ke dalam Kampung Naga. Menurut data dari Desa Neglasari, bentuk permukaan tanah di Kampung Naga berupa perbukitan dengan produktivitas tanah bisa dikatakan subur.

Luas tanah Kampung Naga yang ada seluas satu hektar setengah, sebagian besar digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam, dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang dipanen satu tahun dua kali.

Daya tarik obyek wisata Kampung Naga terletak pada kehidupan yang unik dari komunitas yang terletak di Kampung Naga tersebut. Kehidupan mereka dapat berbaur dengan masyrakat modern, beragama Islam, tetapi masih kuat memlihara Adat Istiadat leluhurnya. Seperti berbagai upacara adat, upacara hari-hari besr Islam misalnya Upacara bulan Mulud atau Alif dengan melaksanakan Pedaran (pembacaan Sejarah Nenek Moyang) Proses ini dimulai dengan mandi di Sungai Ciwulan dan Wisatawan boleh mengikuti acara tersebut dengan syarat harus patuh pada aturan disana.

Bentuk bangunan di Kampung Naga sama baik rumah, mesjid, patemon (balai pertemuan) dan lumbung padi. Atapnya terbuat dari daun rumbia, daun kelapa, atau injuk sebagi penutup bumbungan. Dinding rumah dan bangunan lainnya, terbuat dari anyaman bambu (bilik). Sementara itu pintu bangunan terbuat dari serat rotan dan semua bangunan menghadap Utara atau Selatan. Selain itu tumpukan batu yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami merupakan ciri khas gara arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga.

Obyek wisata ini merupakan salah satu obyek wisata budaya di Tasikmlaya Wisatawan biasanya memiliki minat khusus yaitu ingin mengetahui dan membuktikan secara nyata keadaan tesebut. Pengembangan obyek wisata Kampung Naga termasuk dalam jangkuan pengembangan jangka pendek.

Kampung Naga TasikmalayaKampung Naga Tasikmalaya
Sejarah/asal usul Kampung Naga menurut salah satu versi nya bermula pada masa kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat. Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di tempat tersebut, Singaparana oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana. Suatu hari ia mendapat ilapat atau petunjuk harus bersemedi. Dalam persemediannya Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga.
Kampung Naga Tasikmalaya

Nenek moyang Kampung Naga yang paling berpengaruh dan berperan bagi masyarakat Kampung Naga “Sa Naga” yaitu Eyang Singaparana atau Sembah Dalem Singaparana yang disebut lagi dengan Eyang Galunggung, dimakamkan di sebelah Barat Kampung Naga. Makam ini dianggap oleh masyarakat Kampung Naga sebagai makam keramat yang selalu diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua keturunannya.

Namun kapan Eyang Singaparana meninggal, tidak diperoleh data yang pasti bahkan tidak seorang pun warga Kampung Naga yang mengetahuinya. Menurut kepercayaan yang mereka warisi secara turun temurun, nenek moyang masyarakat Kampung Naga tidak meninggal dunia melainkan raib tanpa meninggalkan jasad. Dan di tempat itulah masyarakat Kampung Naga menganggapnya sebagai makam, dengan memberikan tanda atau petunjuk kepada keturunan Masyarakat Kampung Naga.

Ada sejumlah nama para leluhur masyarakat Kampung Naga yang dihormati seperti: Pangeran Kudratullah, dimakamkan di Gadog Kabupaten Garut, seorang yang dipandang sangat menguasai pengetahuan Agama Islam. Raden Kagok Katalayah Nu Lencing Sang Seda Sakti, dimakamkan di Taraju, Kabupaten Tasikmalaya yang mengusai ilmu kekebalan “kewedukan”. Ratu Ineng Kudratullah atau disebut Eyang Mudik Batara Karang, dimakamkan di Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, menguasai ilmu kekuatan fisik “kabedasan”. Pangeran Mangkubawang, dimakamkan di Mataram Yogyakarta menguasai ilmu kepandaian yang bersifat kedunawian atau kekayaan. Sunan Gunungjati Kalijaga, dimakamkan di Cirebon menguasai ilmu pengetahuan mengenai bidang pertanian.

galunggung 1982